Kerinduan Paulus dalam rencana perjalanannya adalah untuk mengunjungi jemaat di Korintus dalam perjalanannya dari Efesus melalui Makedonia. Dia mensyaratkan “jika Tuhan menghendaki” sebagaimana dia selalu bergantung pada kehendal Allah (1Kor. 16:2-8). Sebagaimana rencananya berubah, dia menulis hal demikian pada mereka (2Kor. 1:15, 16). Beberapa yang berpikiran terombang-ambing menanti sebuah alasan untuk merendahkan dirinya (2Kor. 10-13). Ini adalah sebuah kesempatan bagi para lawannya untuk menuduhnya sebagai tidak konsisten dan berpikiran ganda (2Kor. 1:17, 18).
Allah tidak dapat dimuliakan jika tipu daya dijalankan pada saat yang sama, kalau tidak hati nuranimu terganggu dan karaktermu mengandung kesalahan. Ketika menjelaskan tentang berubahnya rencana, Rasul Paulus menyisipkan penjelasannya untuk berbicara tentang kesetiaan Allah tentang keselamatan, penyucian, dan jaminan kekal (2Kor. 1:19-22; Yoh. 10:22-30) dan bahwa Dia adalah tetap dan tidak ada perubahan dalam diri-Nya (Yak. 1:17), karena Allah tidak mungkin berdusta (Ibr. 6:18; Why. 3:14).
Meskipun penting diketahui kepada siapa janji-janji diberikan, Kistemaker berkata, “Seluruh Perjanjian Baru merupakan sebuah kesaksian bahwa janji-janji Allah telah dan sedang dipenuhi dalam Yesus Kristus. Yesus datang untuk menggenapi Hukum Taurat dan Nabi-Nabi (Mat. 5:17-18), untuk menyingkirkan kutukan hukum (Gal. 3:13), untuk memberikan upah kebenaran (Mat. 6:33), untuk memberi hidup kekal (Yoh. 17:3), dan melalui Bapa mengirim Roh Kudus (Yoh. 14:16, 26; 15:26). Dalam Yesus Kristus, janji-janji Allah telah dinyatakan, dan jemaat Korintus telah mengakui kebenaran akan hal ini.”
RENUNGAN: Janji-janji Allah melalui keseluruan Firman Allah membawa obat bagi yang terluka, menentangkan yang lemah, meneduhkan yang kuatir, dan mendorong.
Source : renungan.org/renungan-harian/renungan-harian-janji-janji-allah/