Penulis : Chuck Colson
C. S. Lewis dilahirkan pada tanggal ini di tahun 1898, dan empat puluh satu tahun setelah kematiannya, ada satu hal yang tampak mulai jelas: Lulusan Oxford ini tidak hanya menjadi pendukung fanatik, tetapi juga menjadi penubuat sejati dari jaman postmodern kita.
Contohnya, buku Lewis yang ke-1947 berjudul "Mujizat", ditulis sebelum sebagian besar orang Kristen menyadari bersatunya paham naturalisme. Ini adalah kepercayaan yang menyatakan bahwa ada penjelasan alami untuk segala sesuatunya dalam alam semesta.
Naturalisme memotong segala moralitas objektif, membuka celah untuk tirani. Dalam bukunya "Punahnya Manusia", Lewis memperingatkan bahwa naturalisme mengubah manusia menjadi objek yang harus dikendalikan. Itu juga mengubah "nilai" menjadi "fenomena alami" yang dapat dipilih dan dikelompokkan dalam golongan pasif oleh penguasa. Lewis menubuatkan sebuah jaman ketika mereka yang ingin membentuk ulang manusia alami "akan diperlengkapi dengan kekuatan maha kuasa dan teknik ilmu pengetahuan yang tidak ada bandingnya." Mirip seperti debat bioteknologi jaman ini, bukan?
Mengapa Lewis bernubuat? Pada pandangan pertama beliau tampaknya tidak seperti calon yang cocok. Beliau bukanlah seorang ahli teologi; beliau professor Bahasa Inggris. Apakah yang membuatnya menjadi pengamat budaya dan tren intelektual?
Jawabannya mungkin memalukan penginjilan modern: Salah satu alasan yang membuat Lewis tidak menjadi seorang penginjil. Beliau adalah seorang professor di akademi, dengan keahlian di bidang literatur, yang membingkai mentalitasnya dengan sejarah intelektual dan pemikiran Kristen. Hasilnya, beliau berusaha bebas dari batasan sempit pandangan religius saat itu, yang artinya beliau berhasil menganalisa dan mengkritiknya.
Lewis pernah menuliskan bahwa setiap buku baru "perlu diuji terhadap pemikiran tubuh Kristus secara turun-temurun." Karena beliau sendiri melangkah masuk dalam pemikiran tubuh Kristus, beliau dengan segera peka terhadap tren yang melawan pemikiran ini.
Tetapi berapa banyak di antara kita yang mengenal pandangan pemikiran Kristen yang sama secara turun temurun? Berapa banyak di antara kita yang mengetahui karya dari beberapa penulis kontemporer? Lalu bagaimana kita dapat bertahan menghadapi tren intelektual yang berkembang pesat di jaman kita?
Masalahnya bukanlah penginjilan modern kurang berkualitas daripada Lewis. Seperti yang dijelaskan oleh Mark Noll dalam bukunya "Skandal Pemikiran Injil", permasalahannya adalah sisi intelek kita yang paling tajam telah dihubungkan dengan beasiswa sekolah alkitab, eksegesis dan hermenetik. Sementara itu semua adalah permasalahan vital, kita jarang memperhatikan sejarah, literature, politik, filosofi, ekonomi atau seni. Hasilnya, kita menjadi tidak mewaspadai budaya sebagaimana mestinya, kurang dipersenjatai untuk mempertahankan prinsip alkitabiah, dan kurang mampu menjadi kekuatan peredam untuk kesadaran antisocial postmodern dan terhadap ancaman yang menghalangi kita meraih tingkat terbaik dalam budaya.
Kita perlu mengikuti teladan Lewis. Kita harus membebaskan diri kita dari belenggu sudut pandangan kita yang sempit dan menyatukan diri kita dalam pola pikir Kristen yang sudah ada secara turun menurun. Hanya saat itulah kita dapat mengkritik budaya kita dan membuat tren.
Cara terbaik untuk merayakan ulang tahun Lewis adalah berdiri teguh di posisi kita, seperti kata-katanya, dengan roh yang sudah diperbaharui dan dengan pikiran baru yang kritis.
Source : artikel.sabda.org