Dalam dunia kuno, perjanjian merupakan hal yang sangat serius. Ketika seseorang melanggar perjanjian, biasanya ia harus membayar dengan nyawanya.
Raja Zedekia mengikat perjanjian dengan segenap rakyat Yehuda yang ada di Yerusalem, bahwa mereka akan melepaskan semua budak Ibrani sehingga tidak ada lagi orang yang diperbudak saudaranya sendiri (8-9). Mereka semua awalnya melakukan apa yang sudah mereka janjikan. Tetapi, setelah itu mereka berbalik pikiran dan mengambil kembali budak-budak yang telah mereka lepaskan (10-11). Tuhan menjadi murka atas mereka dan menyatakan bahwa Ia akan menyerahkan umat ke tangan musuh mereka (17-20).
Dalam dunia kuno, ketika dua pihak mengadakan perjanjian, mereka akan memotong hewan menjadi dua, lalu meletakkannya di sisi kanan dan kiri, dan berjalan di antara potongan hewan tersebut. Hal ini juga dilakukan oleh para pemimpin dan segenap rakyat yang mengadakan perjanjian (18-19). Itu berarti mereka bersumpah: jika salah satu pihak melanggar janji, maka biarlah pihak itu menjadi terkutuk dan mati seperti hewan-hewan tersebut. Tidak mengherankan ketika para pemimpin dan rakyat melanggar perjanjian, Tuhan menjadi sangat murka, lalu menghukum mereka dengan cara membuang mereka ke negeri asing dan membiarkan Yehuda dihancurkan (21).
Alkitab kita disebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru karena cara Allah berelasi dengan umat-Nya adalah melalui perjanjian. Jika dalam PL perjanjian dilakukan dengan darah hewan, maka dalam PB Yesus melakukan perjanjian baru dengan mencurahkan darah-Nya sendiri (Luk. 22:19-20). Ketika kita mengaku percaya kepada Yesus Kristus dan menerima penebusan yang dilakukan dengan darah Yesus, kita menjadi umat perjanjian. Karena itu, kita harus hidup menaati hukum Tuhan dan tidak melanggarnya. Melanggar perjanjian merupakan hal serius di mata Tuhan.
Maka, sekarang katakanlah: "Tuhan, tolong aku supaya aku dapat menjadi orang yang memelihara perjanjianku dengan Tuhan." [INT]